Penulis Amerika yang Masuk Islam Kerana Jilbab |
Banyak
wanita Amerika Serikat yang mengenakan jilbab setelah menjadi mualaf.
Namun, tidak demikian dengan Carissa D. Lamkahouan. Ia telah mengenakan
jilbab sebelum masuk Islam. Dan dari pengalamannya yang unik tentang
jilbab itu, ia kemudian bersyahadat.
Seperti
dirilis onislam pasa pekan lalu, Carissa menuliskan kisahnya. Selama
hampir satu setengah tahun, Carissa mempelajari agama Islam,
prinspi-prinsip dan karakteristiknya.
“Tentu
saja, sebagai seorang wanita, saya sangat tertarik terutama pada
isu-isu perempuan. Dan jilbab sebagai identitas muslimah yang khas,
membuat saya sangat tertarik,” tuturnya.
Dan entah mengapa, Carissa menemukan dirinya terpesona dengan wanita yang mengenakan jilbab.
Seiring
berjalannya studi Islam-nya, Carissa rajin pergi ke toko buku dan
membaca dengan teliti referensi Islam dalam versi bahasa Inggris. Baik
Al Quran, hadits maupun kisah-kisah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para sahabatnya. Dan pada suatu hari, ia menemukan jilbab
di barisan abaya. Carissa yang tertarik dengan benda itu kemudian
menemukan keberanian untuk mencoba.
“Itu penutup kepala pertama yang saya beli,” kenangnya.
Ketika memakainya untuk pertama kali, Carissa merasakah sesuatu yang aneh.
“Saya
melihat sekilas diriku di cermin, terus terang saya terkejut dengan
kain hijau di atas kepalaku itu. Saya melihat bayangan saya sebagai
orang yang berbeda, asing. Ada stereotif negatif dalam bayangan wanita
berjilbab seperti digambarkan oleh media,” tambahnya.
Namun,
itu tidak berlangsung lama. Carissa dengan cepat kembali ke alam
rasionalnya. “Bahwa saya membelinya untuk dipakai jika saya perlu untuk
pergi ke masjid,” katanya dalam hati, mengingat tujuannya untuk
mempelajari Islam lebih dalam dengan mengunjungi masjid-masjid.
“Sekarang saya menyadari bahwa membeli jilbab saat itu adalah langkah awal saya mendapatkan hidayah,” tuturnya.
Beberapa
bulan berlalu. Namun Carissa belum mendapatkan kesempatan untuk memakai
jilbab itu seperti rencananya. Di samping, ia tidak terlalu suka dengan
warna dan model jilbab tersebut. Hingga kemudian, ia pun membeli jilbab
yang ia sukai saat kembali ke toko buku.
Carissa
kemudian mulai memakai jilbabnya dalam berbagai kesempatan. Saat
berkunjung ke toko makanan halal, saat ke toko buku, dan beberapa
kesempatan yang lain, ia menutup rambutnya dengan jilbab. Hingga suatu
malam, ia pergi bersama sang suami dengan memakai jilbab. Di situlah
perubahan besar terjadi.
“Aku merasa aman dan nyaman. Aku tak lagi mendapati pandangan laki-laki menganggu yang tertuju padaku.”
Carissa
pun makin terbiasa memakai jilbab. Dan seiring semakin dalam ia
mempelajari Islam, akhirnya ia juga memutuskan untuk bersyahadat.
Kini
Carissa merasakan martabat dan kemuliannya sebagai wanita dengan jilbab
sebagai mahkotanya. Ia tak lagi takut digoda lelaki, dan lebih dari
itu, ia menyadari bahwa memakai jilbab adalah ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. [IK/bersamadakwah]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan